TIMES BANJARNEGARA, MALANG – Pagi itu, langit Malang tampak bersih, seolah ikut merayakan satu dekade perjalanan TIMES Indonesia. Di tengah hiruk pikuk ucapan selamat yang mengalir, satu pesan datang dengan nada puitis dan penuh makna dari Abdul Qodir, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang.

"Terus menjadi matahari yang tak lelah terbit," tulisnya, memulai ucapan dengan metafora yang hangat, Kamis (14/8/2025).

Baginya, media bukan sekadar penyampai informasi, tetapi sumber cahaya yang menembus batas gelapnya ruang gema yang hanya memantulkan suara serupa dan menutup keberagaman pandangan.

“Merangkai kabar menjadi cahaya berita, yang menyiram ruang gelap echo chamber. Tetaplah setia pada nurani, semoga tintamu selalu jujur, dan setiap kabar yang lahir menjadi sayap bagi kebenaran,” lanjutnya, seperti menulis sebuah manifesto untuk jurnalisme yang sehat.

TIMES Indonesia, menurut Abdul Qodir, telah menempuh perjalanan panjang di usia 10 tahun ini. Sebuah usia yang tidak lagi muda dalam hitungan media, apalagi di tengah tantangan zaman yang serba cepat, digital, dan sarat informasi bersaing.

Ia menutup ucapannya dengan kalimat yang menjadi penanda penghormatan atas kiprah media tersebut. "Selamat Ulang Tahun, TIMES Indonesia yang ke-10, tetap dalam ruang sebagai Penjaga Suara Zaman."

Kalimat itu mengandung dua pesan penting: konsistensi menjaga integritas berita, dan keberanian menghadirkan perspektif di tengah arus informasi yang kadang bias.

Selama 1 dekade, TIMES Indonesia dikenal sebagai media yang mengusung berita positif dan konstruktif, tanpa mengesampingkan peran kritis terhadap kebijakan publik. Keberadaannya di Kabupaten Malang juga memberi warna tersendiri, menjadi ruang bersama bagi pemerintah, masyarakat, dan organisasi untuk menyuarakan gagasan.

Ucapan Abdul Qodir bukan hanya sekadar formalitas perayaan, tetapi juga pengingat akan amanah yang diemban media: untuk menjadi matahari yang selalu hadir, tanpa pilih kasih pada siapa cahaya itu jatuh. Di tengah zaman di mana informasi mudah dimanipulasi, peran “penjaga suara” menjadi semakin vital.

Seperti bibit pohon yang ditanam TIMES Indonesia pada perayaan satu dekade ini, pesan Abdul Qodir adalah benih nilai yang harus dirawat: kejujuran, keberanian, dan dedikasi. Nilai-nilai itu yang kelak akan berbuah menjadi kepercayaan publik, sebuah modal yang jauh lebih berharga daripada sekadar angka pembaca.

Bagi Abdul Qodir, media yang setia pada nurani adalah media yang akan tetap hidup, sekalipun badai perubahan teknologi dan zaman terus datang silih berganti.

Di usia 1 Dekade ini, TIMES Indonesia bukan hanya merayakan perjalanan, tetapi juga memulai babak baru untuk terus menjadi penjaga suara zaman seperti yang diucapkan Abdul Qodir, suara yang setia, terang, dan memberi arah di tengah gelap. (*)