TIMES BANJARNEGARA, BANJARNEGARA – Warga Desa/Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (3/5/2025) menemukan sejumlah bebatuan berbentuk yang diduga bagian bangunan candi kuno di kawasan pemakaman umum desa setempat.
Ada hal yang menarik untuk diketahui bersama, mengingat tempat penemuan batu ini cukup jauh dari Candi Dieng yang dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Hindu-Buddha di Jawa pada abad ke-7 hingga ke-9 Masehi.
Kades Batur Ahmad Fauzi saat dihubungi TIMES Indonesia, Selasa (6/5/2024) malam membenarkan temuan bebatuan di komplek pemakaman umum tersebut.
"Sebenarnya kami dan warga sudah cukup lama mengetahui banyak bebatuan di komplek pemakaman Batur. Namun kami sebagai orang awan tidak tahu, jika batu - batu itu ada hubungannya dengan zaman dulu (candi)," katanya.
Baru Sabtu kemarin, lanjut Fauzi, ia bersama Dimas seorang guide wisata Dieng dan Aryadi Darwanto, arkeologi melakukan pengamatan awal.

"Kami kemarin sifatnya menunjukkan pada Mas Aryadi bahwa banyak bebatuan di makam Batur. Untuk jenis bebatuan kami tidak memahami. Untuk lebih jelasnya bisa tanya Mas Aryadi," imbuhnya.
Sementara Aryadi Darwanto, arkeologi asal Banjarnegara memastikan bahwa bebatuan tersebut merupakan bagian dari struktur bangunan candi.
Ia menemukan enam bagian batu kemuncak, lima di antaranya memiliki bentuk yang serupa, sementara satu lainnya memiliki bentuk lebih pendek.
Bentuk kemuncak ini sangat mirip dengan kemuncak yang terdapat pada Candi Setyaki di kompleks Candi Dieng. Kemuncak ini merupakan elemen dekoratif yang biasanya terletak di bagian puncak atap candi.
Bentuknya lanjut Aryadi menyerupai menara kecil dan bersifat estetis, bukan struktural. Kalau Pada candi Hindu dikenal dengan istilah ratna, dan pada candi Budha disebut stupa.
Temuan penting lainnya adalah batu setengah lingkaran, yang oleh tim diduga sebagai kumuda, bagian struktur candi yang berada di atas batur (bagian dasar) dan menjadi penghubung menuju tubuh candi.
Kumuda ini juga ditemukan memiliki kemiripan dengan bagian struktur dari Candi Setyaki, yang memperkuat dugaan bahwa batu tersebut memang merupakan bagian dari arsitektur candi kuno.
Kemudian ditemukan juga dua batu berukir yang diduga merupakan bagian dari kaki candi serta dinding. Selain itu, ditemukan struktur batu memanjang yang kemungkinan besar masih berada dalam posisi asli.
Batu Setengah Lingkaran
Aryadi juga menemukan batu berbentuk setengah lingkaran sepanjang sekitar satu meter. Batu diduga merupakan penutup pagar keliling, elemen arsitektural yang juga sering ditemukan di situs Dharmasala Dieng.
Tak hanya itu, puluhan balok batu berukuran bervariasi tersebar di berbagai titik area pemakaman.
Keragaman bentuk dan ukuran batu-batu tersebut menjadi indikasi kuat bahwa lokasi tersebut dulunya merupakan struktur bangunan candi yang cukup kompleks.
"Dengan banyaknya temuan batu dari jenis dan bentuk yang berbeda-beda ini, bisa disimpulkan bahwa area pemakaman ini dulunya adalah lokasi berdirinya sebuah candi," tambah Aryadi, Arkeolog Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Warga Batur Banjarnegara Temukan Bebatuan Diduga Struktur Bangunan Candi di Makam
Pewarta | : Muchlas Hamidi |
Editor | : Deasy Mayasari |